Malam ini:Setelah Menonton Istirahatlah Kata-Kata

Sudah lama saya tidak menulis,杜布兰·苏达·莱瓦特。 Ternyata coba menulis setelah塞肯喇嘛jeda adalah pekerjaan menghadapi kekikukan diri sendiri。 Barangkali di awal catatan ini perlu saya ingatkan diri saya lagi,bahwa menulis seharusnya memang ditujukan bukan untuk mengais-ngais Popularitas atau memenangi kompetisi-kompetisi。 Sederhananya acara nobar inisiasi UKPM tadi secara misterius menyentil saya untuk mencari lagi angst itu。 Betapa tidak,Diminta baca puisipun saya tadi tak ma(mp)u。 Padahal saya suka baca puisi。

Istirahatlah Kata-Kata ialah电影Yang Mengisahkan bagaimana Wiji Thukul bersembunyi dari kejaran Orde Baru。 Mengapa ia mesti lari? Sebab rezim itu bangsat tetapi takut pada kata-kata。 Orde Baru takut pada puisi Wiji Thukul。
达拉·潘丹甘·萨亚(Dalam Pandangan saya),电影苏丹约瑟夫·安吉·诺伊(Yosep Anggi Noen) Barangkali gaya penceritaan semacam itu ditujukan untuk membangun keheningan di mana pecahan-pecahan puisi Thukul akan disisipkan pada dialog-dialog yang hanya satu dua。 Konsep Alur bangunan Yosep itu sepertinya cukup berhasil,特里哈特·基蒂卡电影穆莱·迪普塔尔,迪特皮·贾兰·杨·马西赫·里乌莱·苏拉·克纳洛·贝贝拉帕·塞佩达汽车

电影Selesai,Acara kemudian berlanjut ke sesi baca puisi。 Pikiran saya terbagi,安塔拉河湾,川巴奔巴,puisi dan kepada,Bayangan-bayangan,帕拉彭达加,扬马蒂 Suatu perasaan bersalah menghinggapi saya。

Pulangnya,saya langaung menulis catatan kecil ini demi mengingatkan diri sendiri tentang kesenangan palsu beberapa waktu tanpa menulis belakangan ini。 Sembari mendengar musikalisasi puisi’Bunga dan Tembok’oleh Fajar Merah –anak Wiji Thukul,saya teringat kata Pramoedya,

“ Kesenangan adalah tanda bahwa kematian mulai meraba jiwa manusia。”


哦,是的,saya ingin mengucapkan terimakasih kepada kawan-kawan UKPM atas acara sederhana dan menyenangkan ini。

孟加锡,2018年2月24日

埃里克