Tirani dan Bunga yang tak Dikehendaki

Tirani dan Bunga yang tak Dikehendaki

Oleh:Yusri Fajar

Kabar pemutaran电影Istirahatlah Kata-Kata di’kota bunga’,玛琅,萨亚巴卡kali pertama dalam sebuah团体WhatsApp sebuah komunitas sastra。 电影ins mengangkat kisah hidup penyair dan aktivis Wiji Thukul。 Sebagai penyair yang,sosok Wiji Thukul menjadi磁石。 Selain puisi-puisi protesnya yang menarik,perjuangan sang penyair dalam melaman penindasan juga mendapat perhatian。 Para pegiat sastra,khususnya penyuka puisi yang lahir tahun 90-an,Mungkin Tak mengenal Wiji Thukul ketika penyair ini masih hidup dan aktif menuliskan puisi-puisi。 Mungkin mereka mengenal nama Thukul setelah penyair cadel ini’hilang’bertahun-tahun dan hingga kini tak pernah kembali。

Jika para penonton Tinggal di Malang dan pernah menyaksikan’Karnaval Bunga Malang’( Malang花狂欢节 ),bunga-bunga warna-warni di seputaran tugu,atau pernah mendengar口号’Malang Kota Bunga’,mereka akan bisa menyaksikan-bagaimana tumbuh dan digunakan sebagai媒体berekspresi serta membentuk identitas。 达拉姆电影Istirahatlah Kata-Kata ,卡塔尔“邦加”杨digunakan Wiji Thukul达拉姆puisinya扬berjudul“邦加丹特姆克”比萨·伯尔马克纳 Jangankan diraw​​at dan disirami,“ bunga” justru dihabisi: Seumpama bunga / Kami adalah bunga yang / Dirontokkan di bumi kami sendiri。 Kehendak penguasa untuk membatasi,bahkan mematikan pertumbuhan itu,Menyulut Resistanceensi。 Narasi Resistanceensi Wiji Thukul melalui puisinya menjadi bagian penting yang tampaknya diaudiovisulkan dalam电影garapan sutradara Yosep Anggi Noen ini。 Baris-baris puisi’Bunga dan Tembok’杨·迪尼依坎·达拉姆电影ini menjadi ruh dari awal hingga 结尾, menggelorakan semangat perlawanan untuk terus tumbuh dan membangun kesadaran bahwa daya kritis yang bersemi sering teran。

塔洪(Tahun)95-an,摄影家,制片人,演艺人员,诗人贝蒂里斯坎(Hanya ada satu kata:Lawan!)杨·丹普尔·迪·詹德勒·塞克雷塔里亚·奥古斯塔西斯·马桑西斯·迪·坎普斯。 Beberapa waktu setelahnya saya tahu tulisan itu merupakan kutipan dari puisi Wiji Thukul yang bertajuk Peringatan 。 Baris puisi itu diabadikan oleh banyak orang tentu karena memiliki makna kuat dalam perjuangan melawan tirani。 Meski Thukul telah dibungkam dengan cara’dihilangkan’,kata-kata yang dituliskan Wiji Thukul hingga kini terus dikenang dan diartikulasikan untuk tak membiarkan ketidakadilan。

Hari kamis setelah maghrib tanggal 2017年2月1日,ketika tiba di depan工作室bioskop,saya melihat suasana sangat ramai。 Para penonton menunggu,seperti tak sabar menyaksikan Wiji Thukul yang dalam电影dimainkan oleh aktor dan sastrawan Gunawan Maryanto。 Di saat saya menunggu,Seorang aktivis muda yangsaya kenal keluar dari studio sehabis menyaksikan Istirahatlah Kata-Kata pada jadwal sebelumnya。 Ketika kami ngobrol,dia bercerita sekilas dengan raut sedikit kecewa tentang电影yang menurutnya tidak menggambarkan sosok Wiji Thukul yang selama ini diketahuinya sebagai penyair dan juga aktivis ana berengengana kanasenga kanasenta kanasenas ta beranas ta kenas ta kenas ta kenas ta kenas ta kenas ta engal Saya membatin,apakah saya akan memiliki kesan yang sama吗?

Dari banyak berita dan tulisan,saya juga mengenal penyair Wiji Thukul sebagai sosok yang seperti dituturkan aktivis di atas。 Tetapi,sisi kehidupan dan kisah lain,diluar keberaniannya dalam menulis puisi kritik dan berdemonstrasi,belum pernah saya dengar。 Setelah saya menonton,justru sisi lain inilah yang,karena selama ini belum diungkapkan secara luas。 Di antara semangat dan gerakan perlawanan nyata yang dilakukan oleh seorang Wiji Thukul,nampak gambaran sosoknya yang memberikan perhatian dan kasih sayang pada orang-orang yang dicintainya。 Penonton yang berharap meraih kesan’kegarangan’dan keberanian Thukul dalam gerakan melawan rezim represif,melalui dalam film ini justru diajak menyelami suasana batin Thukul yang menghadapi kebosanan,kesepian,dan penantonian。

Dalam tekanan batin,Kesepian dan keterasingan di Pontianak,Wiji Thukul tetap mengekspresikan kegelisahannya dalam puisi。 Dia Justru Mengucap Terima Kasih rumahnya di Solo digeledah dan bukunya dijarah,karena dengan demikian keluarganya bisa sadar akan arti penindasan。 Perjuangan Thukul memang达帕达姆。 Setelah kepulangannya dari Pontianak,Thukul dikabarkan kembali melanjutkan perjuangannya,Pergi ke Jakarta kemudian dinyatakan lenyap tak diketahui keberadaannya。 Kata-kata Yang’beristirahat’dalam puisi Thukul,sesungguhnya bukan beristirahat selamanya。 Sebagaimana perjuangan yang memerlukan jeda,kata-kata dan semangat perlawanan Thukul beristirahat untuk bergerak kembali,bukan untuk berhenti。

Latar Solo dan Pontianak yang menjadi fokus dalam电影Istirahatlah Kata-Kata memberi kesan kesederhanan sekaligus keterpinggiran hidup Wiji Thukul。 Ia berjuang mengadaptasikan dirinya dengan ruang dan orang-orang di mana dia berada。 Hidupnya jauh dari kemewahan,seakan mewakili nasib orang-orang bawah yang ia suarakan,seperti sosok gelandangan di Pontianak yang sekilas dimunculkan dalam film ini。 Wiji Thukul melalui电影ini digambarkan tidak hanya melakukan perlawanan terhadap提拉尼namun juga keterasingan dan keterpinggiran diri sebagai akibat dari represi。 Dalam suasana tertekan dan penuh kesepian di Solo dan Pontianak itu,“ bunga” yang dipuisikan Thukul seakan tetap tumbuh sebagaimana arti nama“ Thukul”。 Di beberapa baris bagian terakhir puisi’Bunga dan Tembok’suara Thukul seperti masih terngiang meskipun dia sudah tidak lagi berdiri di tengah-tengah demonstrasi: jika kami bunga / engkau adalah tembok / tapi ditubuh tembok / saat kami akan tumbuh bersama / dengan keyakinan:engkau harus hancur!/ di dalam keyakinan kami / di mana pun — tiran harus tumbang!

Yusri Fajar adalah Sastrawan tinggal di Kota Malang dan Mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya dan Esais
(Tulisan ini pernah dimuat di Jawa Pos Radar Malang,2017年2月5日)